07 Agustus 2008

IPB TUAN RUMAH PROGRAM PASCA SARJANA

IPB Tuan Rumah Pertemuan Pimpinan Program/Sekolah Pascasarjana Seluruh IndonesiaKamis, 7 Agustus 2008Sebanyak 138 dekan Sekolah Pascasarjana yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia hadir dalam "Pertemuan Pimpinan Program/ Sekolah Pasca Sarjana PTN Se-Indonesia" yang digelar di di Kampus IPB Darmaga Bogor (5-7/8). Prof. Muchlas Samani (Ditjen Dikti) berkesempatan membuka acara ini. Pertemuan ini terselenggara berkat kerjasama Sekolah Pascasaarjana (SPs) IPB dengan Performax.
Pertemuan yang mengusung tema "Pangan dan Energi untuk Kedaulatan Bangsa" ini membahas dua hal yaitu Konsolidasi Pendidikan Pascasarjana Menuju Program Internasional dan Pertemuan Ilmiah Tahunan serta Aliansi Strategi Penyelenggaraan Pascasarjana di Daerah. Rencananya, hasil perumusan pertemuan yang dibuka oleh akan dilaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dr. Susilo Bambang Yudhoyono, di Istana Merdeka Jakarta Kamis (7/8) Jakarta.
Prof. Muchlas Samani menyinggung perlunya perumusan kerangka peningkatan kapasistas Sekolah Pascasarjana di Indonesia, yaitu Aliansi antar Sekolah Pascasarjana yang sudah mapan dengan sekolah lainnya yang belum mapan dan yang kedua adalah berkolaborasi dengan perguruan tinggi luar negeri dalam rangka menuju world class university.
‘Manfaat dari aliansi tersebut diharapkan sekolah pascasarjana yang belum atau kurang mapan yang ada di dalam negeri bisa terangkat kapasitasnya karena bekerjasama dengan perguruan tinggi yang sudah mapan. Disamping itu juga aliansi ini juga diharapkan nantinya para guru atau dosen tidak perlu sekolah terlalu jauh dari tempat tinggalnya," ujar Muchlas Samani di depan para dekan Sekolah pascasarjana itu.
Sementara itu, untuk kolaborasi dengan perguruan tinggi luar negeri, dikatakannya hal tersebut untuk mendorong perguruan tinggi di Indonesia menuju world class university. Kolaborasi ini bisa berupa riset atau pendidikan. "Kolaborasi dengan perguruan tinggi luar negeri ini khusus untuk S2 dan S3 saja, sementara untuk S1 belum ada karena kondisinya belum dipersiapkan kearah sana. Saya berharap dengan kolaborasi ini nanti lulusannya bisa diakui oleh kedua perguruan tinggi yang melakukan kerjasama itu. Hal ini tentunya mempermudah perguruan tinggi untuk menuju world class university," katanya.
Sementara itu, Rektor IPB Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, MSc dalam sambutanya mengatakan, untuk mengatasi berbagai persoalan-persoalan bangsa, memerlukan adanya konvergensi nasional dari seluruh elemen bangsa Indonesia. Konvergensi nasional memiliki arti sebagai upaya mengarahkan seluruh potensi pikiran, kekuatan dan waktu untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan yang diinginkan, sehingga potensi tersebut tidak terfragmentasi untuk melakukan hal-hal yang tidak relevan.
Saya yakin banyak sekali vektor-vektor pembangunan baik yang dilakukan pemerintah, pelaku usaha, dan elemen masyarakat lainnya, dengan besarannya masing-masing. Hanya yang perlu diperhatikan, masing-masing belum tentu akan menghasilkan resultante yang besar jika arah-arah masing-masing vektor tersebut tidak konvergen, atau bahkan saling berlawanan. Kuncinya adalah fokus dan terintegrasi. Jika kita berhasil melaksanakannya, maka kita yakin akan terbuka peluang untuk menciptakan sejarah baru bagi bangsa Indonesia. Konvergensi nasional sangat kita perlukan saat ini, terutama dalam menghadapi segala permasalahan dan tantangan bangsa pada masa mendatang," kata rektor.
Dipaparkannya, tema pertemuan pimpinan program studi/ sekolah pascasarjana se-Indonesia adalah hal menarik dan perlu disambut dengan diskursus yang kritis dan konstruktif. Karena tema ini merupakan tantangan bagi kita semua untuk merefleksikan posisi dan peran pascasarjana sebagai institusi pendidikan yang peka dan responsif akan problem yang dialami bangsa Indonesia saat ini.
"Perlu saya sampaikan, IPB sebagai salah satu elemen bangsa, telah mengusung paradigma baru "Berkeadilan, Berdaulat dan Berkelanjutan" dalam berbagai pemikiran untuk membangkitkan perekonomian khususnya pembangunan pertanian dan pedesaan Indonesia yang kini sedang terpuruk," katanya.
Rektor menjelaskan, paradigma baru ini bersendikan pada ciri-ciri sebagai berikut : 1) Membangun pelaku ekonomi berbasis luas, 2) Berbasis pada keunikan atau keunggulan lokal, 3) Memanfaatkan sumberdaya lokal, 4) Mengindahkan dan meningkatkan daya dukung, 5) Devolusi kewenangan pengelolaan energi dan sumber daya alam, 6) Membangun kapasitas masyarakat dan kelembagaan lokal, dan 7) Teknologi yang tepat guna dan tepat sasaran dengan kelembagaan, keunggulan lokal dan daya dukung lingkungan. "Kami berharap paradigma ini dapat diterima secara luas baik pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat pada umumnya," ujarnya.
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, Prof. Dr. Khairil Anwar Notodiputro, mengharapkan pertemuan ini dapat memberikan inspirasi untuk membangun sekolah/program pascasarjana ke arah yang lebih baik dan lebih profesional di Indonesia. Dikatakannya, tema "Pangan dan Energi untuk Kedaulatan Bangsa" dipilih karena didorong oleh historical value (nilai sejarah) pertemuan yang bermula 30 tahun lalu dari IPB. "Kami ingin mengoptimalkan pertemuan ini sebagai media untuk menggagas peran dan kontribusi apa yang dapat dimainkan untuk membantu pemerintah mengatasi persoalan bangsa, " tandasnya.

Menutup pertemuan hari pertama, disepakati pertemuan pimpinan program/sekolah pascasarjana se-Indonesia tahun depan akan digelar di Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur. (man)

Tidak ada komentar: